Semua syariat Islam, entah itu yang hukumnya wajib, sunnah, mustahab, ataupun mubah. Baik yang berhubungan antara hamba dengan Penciptanya, atau antar sesama hamba, berfungsi untuk menjaga hubungan baik dengan Pencipta dan dengan sesama mereka secara beradab. Apabila ia telah memberikan hak-hak dan melakukan kewajiban-kewajiban kepada Sang Penciptanya dan kemudian kepada sesama hamba, maka dia tergolong hamba yang beradab.
Sebaliknya, apabila tidak melaksanakan hal-hal tersebut, maka digolongkan ke dalam hamba yang tidak beradab. Semua itu telah diatur oleh syari’at Islam. Seorang Muslim yang telah melaksanakan adab-adab tersebut sesuai dengan syari’at Islam, maka ia telah beradab dengan adab yang islami. Dalam hal ini, Rasulullah adalah teladan bagi setiap Muslim dalam beradab islami. Setiap hari selama 24 jam, beliau selalu menjaga hubungan baik dengan Penciptanya dan dengan sesama hamba. Mulai dari masalah kecil keseharian, seperti tidur, mandi, makan, minum, dan lain-lain, hingga yang besar, seperti mengatur negara, berperang, berdamai, dan lain-lain mulai dari urusan ukhrawi ibadah hingga urusan duniawi. Dengan demikian, tampaklah suatu peradaban yang indah, harmonis, demokratis, tertib, rapi, manusiawi, sekaligus bersifat ilahiyah yang jauh dari kesan kekerasan, kekejaman, diskriminasi, terorisme, dan kesan-kesan negatif lainnya.
Yang perlu digarisbawahi dalam hal ini ialah bahwa semua itu hanya ada di dalam agama Islam sehingga Islam layak disebut sebagai agama yang berperadaban dan penganut-nya adalah manusia-manusia yang berperadaban tinggi (masyarakat madani). Lantas, dari manakah kesan terorisme dan teroris didapatkan? Ataukah stigma seperti itu sengaja dipropagandakan oleh musuh-musuh Islam untuk memojokkannya? Anda tidak perlu berpikir ulang untuk menemukan jawaban yang tepat atas pertanyaan-pertanyaan tersebut setelah membaca buku “Ensiklopedi Adab Islam” ini.