Allah memerintahkan hambaNya untuk melakukan berbagai bentuk ibadah, karena di dalamnya berisi kebaikan dan mendatangkan cintaNya.
Allah berfirman, Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya (Al-Baqarah: 184).
Dalam hadits qudsi, Allah berfirman, Dan hambaKu senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan segala ibadah yang sunnah hingga Aku mencintainya. (HR. al-Bukhari)
Keutamaan ini bersifat umum yang mencakup semua jenis peribadatan dan ketaatan. Cuma, Allah mengkhususkan puasa dari ibadah-ibadah lainnya, dengan menisbatkannya kepada diriNya, karena kedudukannya dan keutamaannya. Semua amal ibadah anak Adam adalah untuknya kecuali puasa, maka ia untukKu dan Aku yang akan memberikan balasannya.
Dalam buku yang membahas seluk-beluk puasa sunnah, penulis menampilkan dalil-dalil yang shahih dari hadits nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam serta atsar sahabat, tabi’in dan orang-orang setelah mereka. Penulis juga mengkutip pendapat para imam yang terpercaya, dengan menjelaskan dalil masing-masing dan mentarjih salah satu dari pendapat-pendapat tersebut sesuai dengan shahih dan dhaif hadits. Tidak terikat dengan salah satu madzhab, tapi mengikuti dalil-dalil yang shahih, seperti pernyataan para ulama, Bila suatu hadits shahih, maka itulah madzhabku.